PERMASALAHAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA
I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Di dalam pembangunan masyarakat desa masih terdapat banyak
permasalahan yang relevan yang perlu sibahas, secara
riil dapat kita lihat bahwa kondisi social ekonomi masyarakat pedesaan masih
sangat jauh dari yang diharapkan (memprihatinkan). Pembangunan merupakan salah satu
istilah yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bila hal
itu terkait usaha memajukan kehidupan masyarakat. Masyarakat desa sebagai
bagian dari warga Negara juga tidak terlepas dari proses atau usaha dalam
memajukan kehidupannya baik melalui usaha perorangan maupun lewat
program-program yang dlaksanakan oleh pemerintah dalam upaya memajukan dan
mensejahterakan masyarakat sesuai dengan amanat UUD 1945 dan Tujuan Pembangunan
Nasional yaitu menciptakan masyarakat Indonesia yang sejahtera di bergabai
bidang kjehidupan.
Pembangunan yang sudah menjangkau desa-desa saat ini menyebabkan
desa mengalami perubahan yang cukup besar. Beberapa aspek perubahan ini bahkan
belum pernah terjadi sebelumnya sehingga telah mengubah wajah desa. Berbagai
karakteristik yang ditemukan pada desa-desa tradisional kini tidak ditemukan
lagi melainkan digantikan dengan berbagai kemajua teknologi yang terasa asing
dan merupaan hal baru bagi masyarakat desa.
Masyarakat desa sebagai sebuah komunitas yang sedang mengalami
perubahan karena pembangunan tidaklah lepas dari masalah. Beberapa diantara
masalah-masalah tersebut adalah masalah lama yang belaum terselesaikan atau
masalah baru yang muncul akibat perubahan secara keseluruhan atau sebagai
dampak negative dari pembangunan itu sendiri.
Sesuatu disebut masalah apabila terjadi keadaan di mana harapan
atau cita-cita tidak terpenuhi karena sesuatu hal atau apa yang diharapkan
terjadi berbeda dengan kenyataan. Dengan demikian suatu masalah senantiasa
memerlukan penyelesaian atau pemecahan melaui upaya-upaya tertentu agar apa
yang dicita-citakan itu tercapai. Disini ditemukan bahwa tidak semua keadaan
desa yang dicita-citakan itu terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan tidak
sedikit desa-desa yang taraf perkembangannya masih sangat jauh dari cita-cita
masyarakat dan pemerintanya.Keadaan seperti ituah yang disebut masalah-masalah
di pedesaan.Masalah-masalah tersebut terjadi sebagai akibat pengaruh dari luar
desa, maupun sebagai akibat dinamika atau perkembangan intern dari desa itu
sendiri. Beberapa contoh yang biasa digolongkan masalah pedesan tersbut adalah
mash tingginya angka kemiskinan, terbatasnya lapangan kerja yang renumeratif,
masih redahnya tingkat pendidikan rat-rata penduduk, munculnya pengangguran dan
setegah pengangguran, pencemaran air dan udara yang mulai merambah beberapa
kawasan pedesaan, erosi, keterbatasan prasarana dan saran pelayanan umum, dan
ebagainya. Berikut akan dibahas secara terbatas beberapa di antara masalah-masalah
tersebut.
b. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan Penulis membatasi makalah ini pada
rumusan masalah pada masalah kemiskinan dan upaya pengentasannya.
c. Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami lebih mendalam tentang
Permasalahan Pembangunan Masarakat Desa yang salah satunya adalah maslah
kemiskinan
2. Mengetahui sebab-sebab terjadinya
kemiskinan pada masyarakat desa dan upaya untuk mengatasiya
3. Salah Satu Tugas Mata kuliah
Pembangunan Masyarakat Desa dan Kota pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka Indonesia.
II. PEMBAHASAN
1. Masalah kemiskinan
Salah satu masalah penting yang banyak
dihadapi masyarakat sepanjang sejarah adalah kemiskinan. Kemiskinan ini
sesungguhnya bisa digolongkan sebagai masalah social ekonomi yang juga berkait
erat dengan masalah lainya.
Sekalipun fenomena kemiskinan biasa kita
jumpai sehari-hari, namun membuat suatu rumusan tentang kemiskinan secara
lengkap dan utuh bisa menjadi tidak mudah. Hal itu berkaitan dengan banyaknya
dimensi yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan masalah ini. Salah satu
yang dapat menyulitkan perumusan tentang apa sesungguhnya kemiskinan itu adalah
factor-faktor yang berkaitan dengan penilaian dan subjektivitas. Misalnya bila
kepada sejumlah orang yang mempunyai kondisi social ekonomi yang relative sama
ditanyakan tentang apakah mereka menilai diri mereka miskin atau tidak maka
sangat mungkin jawaban yang kita dapatkan bermacam-macam. Demikian pula sebuah
komunitas yang hidup terasing dengan kondisi ekonomi yang sangat terbatas,
boleh jadi tidak pernah menganggap diri mereka mskin. Demikian pula seorang
yang mempunyai taraf hidup di bawah rata-rata di perkotaan, sekalipun secara
riil miskin, namun mereka sendiri tidaklah teralu mempersoalkan masalah itu.
Suparlan (1995) menyebutkan bahwa kesadaran akan kemiskinan yang dialami baru
terasa pada saat membandingkan kehidupan yang dijalani dengan kehidupan orang
lain yang tergolong mempunyai sifat kehidupan social dan ekonomi yang lebih
tinggi.
Secara singkat, antropolog Parsodi Suparlan
mendefenisikan kemiskina sebagai suatu standar hidup yang rendah, yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi pad sejumlah atau segolongan orang dibandingkan
dengan standar yang umum berlaku dengan masyarakat bersangkutan. Selanjutnya
standar kehidupan yang rendah ini secar langsung tampak pengaruhnya terhadap
keadaan kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong orang miskin.
Sementara itu Ellis (Effendi,1993)
menyebutkan bahwa kemiskinan dapat diidentifikasi menurut dimensi ekonomi,
sosial , dan politik. Jadi suatu kekeliruaan menganggap seolah-olah kemiskinan
hanya menyangkut masalah ekonomi semata hingga dengan penanggulangannya pun tidak
dapat semata dengan pendekatan ekonomi.
Disamping itu banyak pengertian-pengertian
dan batasan-batasan mengenai kemiskinan yang dikatakan oleha para ahli seperti
kemiskinan structural dan kebudayaan kemiskinandan lain-lain, tetapi pada
dasarnya kesemuanya itu telah memberikan gambaran bagi kita semua bahwa
kemiskinan merupakan situasi dimana seseorang atau sekumpulan orang mengalami
keterbatasan dan kekurangan baik secara ekonomi, social , politik, struktur dan
budaya serta semua bidang kehidupan lainnya.
2. Pengukuran Kemiskinan
Di Indonesi kini telah dikenal sejumlah cara bagaimana mengukur
kemiskinan. Namun, disini hanya akan dibahas 2 antanya, yaitu cara pernah
dikembangkan oleh sajogyo dan yang dikembangkan oleh Biro Pusat Statistik
(BPS). Menurut metode pengukuran Sajogyo, mereka yang tergolong miskin di
pedesaan adalah mereka yang tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangganya dalam
satu tahun equivalen harga beras kurang dari 320 kg beras ; kurang dari 240 kg
beras tergolong miskin sekali ; dan kurang dari 180 kg beras tergolong paling
miskin.
Metode kdua dikembangkan oleh biro pusat statistic (BPS)
berdasarkan ukuran objektif ilmu gizi, berupa ukuran kecukupan kalori
perorangan / hari. Batas yang ditetapkan adalah kecukupan kalori 2100 kalori
perorang/hari ditambah paket kebutuhan fisik bukan pangan seperti sandang,
papan, bahan bakar, dan sebagainya. Di Indonesia, criteria batas garis
kemiskinan ini sudah dilakukan sejak tahun 1976. Karena kenaikan harga
barang-barag yang dikonsumsi penduduk juga senantiasa terjadi maka peningkata
batas garis kemiskinan yang dihitung menurut rupiah juga senatiasa meningkat.
Pada tahun 1976 misalnya, BPS menghitung untuk di pedesaan batas garis
kemiskinan yang ditetapkan adalah seseorang harus mengeluarakan minimal Rp.
2.849,- . sehingga apabila dalam satu rumah tangga terdapat 5 anggota rumah
tangga maka setiap bulannya rumah tangga tersebut harus mempunyai pengeluaraan
minimal perbulan untuk tidak digolongkan miskin adalah : Rp. 2.849,- x 5 = Rp.
14.245,-
Pada tahun 1993, batas garis kemiskinan di daerah pedesaan
mengalami kenaikan menjadi Rp. 18.244,-
3. Upaya Pengentasan Kemiskinan
Seperti yang
sudah diketahui bahwa kemiskinan disebabkan karena :
1. Tetap tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran
bagi tenaga tak terampil;
2.
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan;
3.
Rendahnya upah tenaga kerja ( buruh dll.);
1.
Tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan
organisasi social, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa
pemerintah.
Dari sebab-sebab terjadinya kemiskinan baik secara peorangan
maupun struktur maka upaya yang dilakukan untuk mengentaskan kemiskinan adalah
dengan cara :
1. Membuka sebanyak-banyaknya lapangan
pekerjaan bagi penduduk desa dan memberikan pelatihan dan ketrampilan bagi
pengangguran di desa untuk melakukan usaha produktif dan mandiri yang
dikoordinir oleh Balai Latihan Kerja dari Departeman Tenaga Kerja. Disamping
itu membuat program-rogram pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum
masyarakat lainnya yang direncanakan, dikelola dan diawasi sendiri oleh
masyarakat serta memberikan pengertian yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk menghargai setiap produk yang dihasilkan sendiri. (hasil usah produktif
dan mandiri masyarakat)
2. Mengupayakan program pendidikan
yang bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat desa dan melarang para
orang tua untuk menjadikan anak-anaknya meninggalkan bangku pendidikan untuk
bekerja.
3. Mengupayakan kenaikan upah tenaga
kerja (buruh) sesuai dengan UMR yang berlaku dan sesuai jam kerja.
4. Memberikan pengertian bagi kepada
masyarakat golongan berpenghasilan rendah untuk keluar dari kebiasaan-kebiasaan
lama dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan organisasi social, ekonomi
dan politiknya agar terlepas dari berbagai keterbelakangan dan ketertinggalan
dalam segala segi kehidupan dan berusaha untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian menuju status social yang lebih baik.
III. PENUTUP
Pemerintah memegng peranan penting dalam pembangunan. Di
Negara berkembang peran pemerintah lebih penting lagi terutama karena kebanyakn
masyarakat masih harus dibangun prakarsa dan kemampuannya untuk terlibat secara
efektif dalam pembangunan. Tngkat pendidikan rata-rata penduduk yang masih
rendah, system politik yang belum cukup membangun dan member ruang cukup bagi
penyaluran kemampuan masyarakat adalah beberapa alas an masih lemahnya posisi
masyarakat dalam pembangunan. Sementara itu pemerintah dianggap memiliki
sejumlah kemampuan seperti pengetahuan/keahlian, kekuasaan, dana, teknologi dan
sebagainya. Oleh karena itu dengan kemampuan yang dimilikinya, pemerintah
diharapkan mampu mengambil peran besar dalam pembangunan, termasuk dalam
menggerakan dan memberikan ruang bagi partisipasi dan perkembangan masyarakat.
Hal ini dimaksudkan agar pembangunan masyarakat desa dapt diupayakan secara
bersama-sama oleh pemerintah (dalam hal ini dadalh pemerintah desa)dan
masyarakat setempat. Sehingga masalah kemiskinan yang masih merupakan salah
satu permasalah penting di tingkat desa dapat ditangani secara bersama oleh
pemerintah dan semua komponen masyarakat yang ada di desa .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar